Karya Santri

Bumerang

“Bersedekah katamu????” Tanyaku dengan murka, ia menatapku kemudian mengangguk, “Enak saja kamu ini! kamu fikir kamu ini siapa? Memangnya sudah bisa mencari uang?!!” Bentakku menarik bungkusan dari tangannya dan menaruhnya ke tempat semula. Sembari terus menggerutu, kembali kumasukkan makanan-makanan itu ke dalam kulkas yang isinya membludak dengan makanan. Putri bungsuku hanya diam melihat tingkahku. Memang aku sudah dikenalnya begitu, ia tak membangkang.

PUIS

Jenuh dan Tangis