TGH. Hasanain Djuaini

The Rising Years

[IKHLAS][BELAJAR][BEKERJA][JUJUR]

Informasi berdatangan bagaikan tsunami, belum diketahui satu melanda sejuta. Manusia kesulitan membuat prediksi dan menentukan langkah, terlalu banyak hal yang harus dirangkai, tidak terbatas asfek yang harus disingkronisasikan. Nyaris tidak ada keputusan yang tidak cacat. Contoh kasus alpanya Presiden SBY menerbitkan SK baru pengangkatan Jaksa agung Hendarman Supanji, padahal posisi Kejagung ini berada pada ujung tombak yang nyaris setiap saat dilihat masyarakat. Manusia memang sudah over-loads.
Dunia pendidikan adalah segmen paling kelimpungan, Sektor ini paling bertanggung jawab sehubungan dengan tugasnya untuk mempersiapkan manusia-manusia kompatibel untuk mampu mengarungi zaman dengan selamat. Sayang teknologi canggih hi-tec berupa computer dan internet dengan daya tak terbatasnya justru lebih banyak menjadi hantu ketimbang menjadi pembantu. Nah
La yukallifullahu nafsan illa wus’aha (QS. 2:286) dan (QS. 23:62), demikian al-Qur’an memberi harapan. Mustahil Allah membebani manusia dengan sesuatu yang tidak mampu mereka pikul. Dengan basis pemikiran seperti ini, sekalipun pelan, kini sudah bermunculan innovasi baru atau boleh juga kita sebut revolusi bidang pendidikan dan pengajaran, baik dalam bentuk strategi, materi atau methode.

IQ ( Intellectual Quotien )
Sejak lama masalah IQ ini ditekuni dan kini manusia sudah menghasilkan berbagai lompatan sehingga IQ manusia zaman ini bisa dieksplorasi dan di akselerasi secara missal dan terprogram dalam lembaga pendidikan. Dari sini muncullah cara, teknik, kiat belajar effektif. Methode kumon, sempoa, jarimatik, smartmatik dll adalah beberapa penemuan dalam belajar berhitung. Berbarengan dengan itu kiat-kiat memacu panca indra dalam menyerap ilmu pengetahuan bermunculan seperti method membaca capat, methode mengetik cepat sepuluh jari, menulis dengan rumus dan symbol stenoghrafy yang lebih cepat dari biasanya, sehingga hal-hal yang dahulu harus dipelajari selama berbulan bahkan bertahun-tahun dapat diringkas dan dengan hasil yang lebih baik pula. Yang paling mencengangkan adalah methode menghafal Al-Qur’an hanya dalam satu tahun baik untuk anak-anak maupun orang tua. Belakangan ini muncul pula Methode Amtsilati yang bisa mengajarkan anak-anak membaca text-text Bahasa Arab Gundul (tanpa syaql) hanya dalam 6 bulan saja.

EQ ( emotional Quotien )
Selain sisinya yang menggembirakan innovasi dalam bidang IQ menyisakan problem kemanusia yang menggelisahkan. Sebagai akibat maksimalisasi esplorasi Otak Kiri , maka Otak Kanan menjadi tertekan dan tidak bekerja. Konsekwensinya adalah bermunculannya manusia-manusia pintar minus kurang perasa. Muaranya adalah deka densi moral; Tentu saja kepintaran yang di back-up oleh kemakmuran materi juga teknologi informasi menjadikan manusia menjadi materialistis yang falsafah hidupnya “YANG PENTING UANG”
Sekali lagi janji Allah tidak meleset. Kini Menysusul ditemukannya teknologi menghidupkan otak kanan EQ ( Emotional Quotien ) dan oleh karenanya disambut meriah diseluruh dunia. Maka maraklah pelatihan-pelatihan menghidupkan EQ. Ajaran agama menjadi basis pengembangan teknologi ini. Harapan muncul kembali untuk bisa menghadapi tantangan globalisasi yang dulu menakutkan. Urusan kuantitaspun nampaknya akan dapat teratasi. Manusia diyakinkan oleh analogy “kalau benda sekecil biji kacang bernama chips” mampu menampung berterra-terra bite data, apalagi otak pastilah akan lebih dari itu kemampuannya. Masalahnya tinggal berhubungan dengan kecepatan (speed), sebab informasi zaman ini tidak hanya sekedar jumlahnya yang banyak namun kecepatan datangnya telah berlipat-lipat ganda sekaligus tidak mengenal batasan dan ruangan. Informasi zaman ini menerobos apa saja dan kecepatannya nyaris tak terbayangkan.

AB (Ainul Bashiroh) atau Otak Kanan?
Firman Allah:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”.
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Allah SWT datang menghidupkan asa: jangan sedih jangan lemah, kalian yang derajatnya paling tinggi, asalkan kalian tetap beriman. Ketinggian derajat itu untuk orang-orang beriman dan tentu saja karena mereka berjihad. Nah bukanlah belajar di Pesantren dinamakan jihad juga?
Dunia dihebohkann oleh fenomena Activasi Otak Tengah. Konon ada benda kecil yang berada diantara Otak Kiri dan Otak Kanan, atau lebih benarnya antara Otak besar di depan dengan otak kecil di belakangnya. Benda kecil itu mereka namakan Otak tengah, yang kalau bisa diaktifkan maka ketiga jenis otak itu akan bekerja sama untuk memaksimalkan hasil fikiran dan perasaan manusia. Dengan daya simpan yang dahsyat luar biasa bahan fikiran akan diayun antara otak kiri dan kanan dengan harmoni sedemikian rupa sehingga tidak akan melelahkan tapi sebaliknya malah menyenangkan. Wow…
inilah hasil pemikiran yang akan melabuhkan kita kedermaga harapan.
Ummat Islam tidak perlu terpukau dengan istilah otak tengah itu. Islam sudah menyimpannya dalam khazanah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Khazanah keilmuan Islam mengenalnya dengan istilah Ainul Bashiroh, Mata Qalbu. Letaknya menurut arahan Rasulullah adalah di Dlomir alias dalam hati kecil. Ainul Bashiroh yang bekerja normal akan menjadikan manusia mampu mengatasi segala probklemanya. Nabi Sulaiman A.S. dengan mudahnya memahami bahasa semua makhluq, Rasulullah bercengkrama dengan pohon, tanah, batu dan berbagai jenis binatang, para waliullah mampu mengetahui orang yang berada di belakangnya, dapat menebak isi hati maupun benda-benda yang tidak terlihat. Kemampuan itu diistilahkan Al-Mukasyafah. Orang yang memilikinya disebut mendapat karomah dari Allah.
Kini kita perdalam pembahasannya. Coba kita jawab: Mengapa Rasulullah s.a.w. menyebut bahwa istiqomah adalah setengah daripada karomah? Bukankah istiqomah itu bermakna terus menerus, tidak henti dan pantang menyerah? Lalu unsur yang setengah lagi apa?
Dalam proses aktifasi otak tengah seorang anak (1) dilatih dengan sangat serius, (2) terus menerus sembari (3) dihindarkan dari gangguan-gangguan suara yang tidak baik, sinar-sinar yang berlebihan serta (4) fikiran-fikiran yang jahat dan dusta. Keempat pra-syarat ini cukup diwakili oleh Istiqomah atau setengah dari Karomah. Setengah lagi dari bagian karomah itu tentu disembunyikan Allah dan kita masih bisa memintanya ikhtiar, taqarrub dan munjaat.

IKHTIAR, TAQARRUB DAN MUNAJAAT
A.PRA-SYARAT (PAL)
PAL (Program Accelerated Learning) adalah pendekatan PP Nurul Haramain dalam menyelenggarakan pembelajaran dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Susunan dan tahapan subjek sesuai dengan Pohon Ilmu. Para santri/santriwati baru mula-mula akan diberikan materi yang berfungsi untuk membenarkan konsep dan pemahaman serta penguasaan ilmu-ilmu Alat yaitu Bicara, Membaca, Menulis, Berhitung dan  Qiro’atul Qur’an;
2.Keterampilan-keterampilan dasar tersebut diprogramkan secara simultan selama 6 bulan dengan system Pamong ( tutor guru dan tutor sebaya dan tutor undangan );
3.Situasi penyelenggaraan PAL bernuansa konpetisi dan kompetensi;
4.Tingkat penguasaan harus 95-100% yang diadministrasikan dengan KKD ( Kartu Kompetensi Dasar ). Mereka yang tidak memenuhi syarat itu akan dimasukkan kembali dalam PAL tahap ke 2;
5.Sistem evaluasi menggunakan outsourcing partner ( Tim Penguji dibentuk khusus dan bukan dari tim pengajar )
6.Untuk menopang Kompetisi dikeluarkan berbagai jenis reward.

Harapannya setelah para santri menguasai standar kompetensi BICALISTUNG (kemampuan berbicara, membaca, menulis dan berhitung) akan mengakselerasi proses transpormasi ilmu pengetahuan sehingga dapat menghemat waktu dan pada gilirannya waktu yang tersisa akan digunakan untuk TAQARRUB dan MUNAJAAT dalam berbagai bentuk terutama TAHFIIZUL QUR’AN, Sosial-skill serta Life-skill.

B. CBC (Computerized Based Class)
Jika diasumsikan PAL berjalan baik dan standar kompetensi telah dilalui oleh setiap santri dan santriwati, maka kini santri sudah siap diajak meraup ilmu pengetahuan dengan modal-modal dasar yang telah mereka kuasai dengan baik berupa:
1. Keberanian dan kemampuan berbicara sudah baik;
2. Ketrampilan membaca yang baik benar cepat dan effektif;
3. Ketrampilan menulis yang baik, benar, indah dan sistematis serta mengetik 10 jari;
4. Penguasaan konsep hitung yang benar, kecintaan dan penguasaan yang memadai;
5. Kemampuan membaca Al-Qur’an dan text-text berbahasa arab dengan benar dan lancar serta menghafal ayat-ayat Al-hkam ( 90 ayat )
6. Ketrampilan menggunakan computer terutama pengolah kata, dan searching intranet (digital library) maupun internet;
Dengan ikhtiar seperti tersebut diatas, rasanya kita bisa berharap kelak setelah 2 – 3 rona-rona revolusioner dalam pendidikan, khususnya di Nurul Haramain NW Narmada sudah mulai on trek. Amiin
Dengan do’a penuh optimis kita panjatkan Semoga para santri dan santriwati yang menikmati program ini akan menjadi leading person di masa yang akan datang.